Mahasiswa STPL Palu lakukan Transplantasi Terumbu Karang di Desa Lero

8Saat ini, Teluk Palu telah banyak menerima permasalahan, seperti  eksploitasi karang hingga eksploitasi ikan dengan alat tangkap yang berpengaruh terhadap pelestarian lingkungan dan ketersediaan ikan. Tanpa disadari kegiatan-kegiatan ini  berdampak terhadap kehidupan masyarakat pesisir yang sebagian besar masih sangat tergantung pada perairan Teluk Palu, terlebih khusus masyarakat Desa Lero Kecamatan Sindue yang hidup di muara teluk Palu. Degradasi ekosistem terumbu karang telah teridentifikasi sejak Tahun 1990 an, dan sampai saat ini kerusakan ekosistem pesisir serta penurunan kualitas lingkungan laut sudah amat memprihatinkan. Belakangan ini di perkirakan hampir 25% dari kehidupan ekosistem terumbu karang telah mati, antara lain akibat dari peningkatan suhu mencapai sebesar 4ºC.

Arwansa sebagai Ketua Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa STPL Palu mengatakan dalam rangka memulihkan ekosistem terumbu karang, upaya pelestarian terdiri atas upaya pencegahan kerusakan agar pemulihan alami dapat berjalan dengan baik serta intervensi langsung yaitu upaya restorasi dengan berbagai metode, salah satunya pemasangan transplantasi berbentuk meja sebagai media hewan karang dapat menempel dan bertumbuh dengan baik yang dilakukan oleh mahasiswa STPL di Desa Lero melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Sebagai upaya perbaikan lingkungan perairan laut dapat dilakukan dengan penyediaan “Transplantasi Terumbu Karang’’ Kegiatan ini pada hakekatnya juga merupakan salah satu upaya mengembangkan daerah penangkapan (fishing ground) yang pada gilirannya bisa mendukung kegiatan wisata bahari (jelas Arwan)

Transplantasi terumbu karang di Desa Lero adalah  model meja karena relative lebih efektif yaitu konstruksi menggunakan besi dan substrat cor yang dilengkapi stek sebagai media tumbuh karang. Mengingat lokasi pelaksanaan kegiatan adalah muara Teluk Palu yang kondisi perairannya berarus. Kerangka meja di buat dari besi cor SNI No.10 yang di las agar meja tampak kokoh. Meja Transplantasi berjumlah 5 Unit, berukuran 2 meter x 1 meter dengan jumlah stek bibit karang setiap meja berjumlah 66 bibit. Dengan demikian jumlah keseluruhan bibit karang adalah 330 bibit karang (tambah mahasiswa Semester V Prodi Teknologi Hasil Perikanan ini)2-edit

Stek atau bibit karang (biasanya diambil dari fragmen-fragmen koloni yang patah akibat kerusakan alami atau antropogenik) dapat diikat dan dibudidayakan pada media. Apabila tidak mencukupi, bibit dapat diambil dari koloni. Meja akan ditempatkan didasar perairan kedalaman 7-10 meter yang kondisi terumbu karangnya sudah rusak. Selanjutnya lokasi rehabilitasi akan diberi pelampung tanda agar tidak ada aktifitas penangkapan ikan dilokasi tersebut sampai karang tersebut benar-benar tumbuh baik.

Untuk menjaga kelangsungan Transplantasi di perlukan Pengawasan Masyarakat setempat. Dengan melibatkan masyarakat Desa Lero dalam kegiatan ini mulai pembuatan hingga penurunan kelokasi sasaran. Dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini maka akan menambah ilmu pengetahuan tentang maafaat Terumbu Karang dan dapat mengawasi kelangsungan hidup terumbu karang yang telah direhabilitasi dari gangguan oknum yang tidak bertan   g jawab.

Output kegiatan ini diharapkan dapat memberikan solusi dan permasalahan yang dihadapi sekarang ini, yaitu Rehabilitasi kondisi perairan yang rusak, Terciptanya kondisi lingkungan karang transplantasi yang lestari, dan Peningkatan Kesejahteraan nelayan (tutup Arwansa).

Dokumentasi kegiatan

3-edit 1-edit

 

 

 

 

 

 

 

 

6     4-edit